Pukulan telak as-Suyuthi kepada mereka yang tidak bertanggung jawab ketika menukil pernyataan-pernyatannya dalam kitabnya. Dia memulai sindiran itu dengan menyebut (wa maa adrooka math thooriq) adalah apakah kalian tahu siapa itu pencuri?
Sebuah riwayat hadis Nabi saw. bersabda: tanaashohuu fil ‘ilmi fa inna khiyaanata ahadikum fil ‘ilmi ka khiyaanatihii fil maal (berkhianat dalam ilmu / plagiator adalah sama dengan khianat harta benda), juga ada atsar: barokatul ‘ilmu ‘azuwuhu ilaa qooilihi.. keberkahan ilmu adalah menisbatkannya kepada si pengucap.
Dari kedua argumentasi di atas cukup menjelaskan bahwa sebenarnya di dalam Islam pernah terjadi sebuah pelanggaran hak cipta atau plagiasi sehingga terdapat hadis dan sebuah atsar tersebut.
As-Sakhowi juga kata beliau, pernah mendengar bahwa kitabnya dicuri penukilan (plagiasai) lalu as-Sakhawi marah-marah besar dan menyuruh untuk mengambalikan lagi penisbatan itu sebagaimana mestinya… Diending kitab, as-Sutyuthi mengatakan: jika si pencuri itu sadar dan taubat maka kami akan memahamkan seluruh isi kitab kami kepadanya. Dan jika dia tidak maka saya hanya bisa mengatakan (wa innallaaha laa yahdii kaidal khooiniin)
Asy-Syafi’i di dalam kitab al-Majmum’ disebutkan an-Nawawi pernah berkata begini (aku senang sekali jika semua ilmuku tersebar dan orang-orang tidak menisbatkannya kepadaku)… namun, al-Muzani dalam al-Mukhtashor memulai kitabnya dengan mengatakan: Qoola asy-Syafi’i..
Saya sedang tidak membandingkan karakter dua ulama ini, tetapi saya hanya ingin mengatakan bahwa jika para santri itu seperti al-Muzani maka tidak apalah seorang guru berkarakter seperti asy-Syafi’i.. menampakkan ketawadhuannya dari hati terdalam… Namun, jika mereka seperti pencuri di era as-Suyuthu.. bahkan di era kita ini… maka tidak ada lahgi alasan untuk diam saja melihat orang-orang berkhianat…
Robbii fanfa’naa bibarkatihim
Dikutip dari santripedia