JIGANG.ID – Ibu Nyai Walidah Munawwir dan Ning Winda (Istri Gus Baha)Beberapa minggu yang lalu, saya mendengar cerita tentang salah satu keramat Ny. Hj. Walidah Moenawwir.
Di tahun 2000an. Gus Baha dan Istrinya (Ning Winda) ngontrak di sekitaran Pondok Pesantren An Nur Ngrukem. Ada beberapa santri dari Sedan yang sudah ikut.
Namun ada santri putri yang berasal dari Cirebon (Indramayu_saya ragu). Sebut saja Siti. Mba Siti tinggal di pesantren An Nur, ngaji setoran hafalan Quran kepada Ibu Walidah.
Namun ketika Mba Siti dibutuhkan oleh Ning Winda atau istri Gus Baha, ia segera ke kontrakan Gus Baha. Suatu hari, Ning Winda sowan kepada Nyai Walidah. Belum sempat salaman. Ning Winda sudah didangu:
“Sampeyan Ning pundi?” – Kamu anak dari kyai mana?
“Kulo sanes Ning, Mbah” jawab Ning Winda (saya bukan ‘Ning’ – saya bukan anak siapa-siapa”)
Beberapa saat lagi Nyai Walidah bertanya lagi hal yang sama. Lalu Ning Winda menjawabnya dengan jawaban yang sama pula. Hingga tiga kali.
Nyai Walidah lalu mengukuhkan. “Sampeyan Ning pundi? Wong Mbah-mbahmu ki wali” kata Nyai Walidah. Ning Winda seketika diam.
Ning Winda adalah cucu dari Kyai Hasani Sidogiri, pesantren Sidogiri merupakan Salah satu pesantren tertua di Jawa. Jika diterlusuri lebih jauh maka akan bertemu pada keturunan Sunan Gunung Jati.
La ya’riful wali illal wali – tak ada yang tahu kewalian seseorang kecuali dia seorang wali.
Pengetahuan Ibu Nyai Walidah Munawwir tentang kewalian dari silsilah Ning Winda, merupakan karamah. Meskipun Ning Winda tidak mengaku, tetap saja Nyai Walidah pirso. Pada waktu itu Gus Baha dan keluarga belum seviral sekarang.
Dari dulu, Gus Baha memang suka “sembunyi” dan tidak suka terkenal.
Bahkan, Keberadaan Gus Baha diketahui oleh keluarga Ngrukem setelah Mbah Maimun Zubair sowan ke Mbah Nawawi Abdul Aziz.
Jogja-Kudus, Rabu 17 Feb 2021
Memperingati haul ke 10 Simbah Nyai Hj. Walidah Moenawwir.
Ditulis oleh Qowim Musthofa diambil dari akun facebook.
Semoga artikel ini bisa memberikan teladan yang baik kepada kita semua, terutama tentang ketawaduan dalam beragama. Apalagi kealiman Gus Baha sudah tidak ada yang meragukannya lagi, sebab sanad keilmuan Gus Baha memang diakui sambung hingga Nabi Muhammad.